Allah Maha Kuasa

Akal manusia membagi perkara aqli menjadi 3 bagian: jaiz aqli, wajib aqli, mustahil aqli.
sumber : Argument  Ahlussunnah

1. Jaiz aqli artinya setiap perkara yang bisa diterima oleh akal keberadaannya, ataupun ketiadaannya. Contohnya: adanya makhluk, akal pikiran kita bisa menerima keberadaan makhluk ataupun ketiadaannya.
2. Wajib aqli: setiap perkara yang pasti adanya, akal sehat kita tidak menerima ketiadaanya. Yang wajib aqli adalah Allah dan sifat-sifatNya. Artinya Allah pastilah ada, tidak mungkin tidak ada.
3. Mustahil aqli artinya perkara yang tidak bisa diterima akal sehat kita keberadaannya. Contohnya: keberadaan sekutu bagi Allah, hal ini mustahil adanya, artinya akal sehat kita tidak bisa menerima keberadaan sekutu bagi Allah, karena memang mustahil.
Dengan memahami pembagian perkara aqli diatas, kita bisa memahami lebih mudah tentang arti sifat kuasa bagi Allah. Karena sifat kuasa Allah berkaitan dengan setiap perkara yang jaiz aqli, dan tidak berkaitan dengan perkara yang wajib aqli maupun mustahil aqli.
Allah maha kuasa, dengan sifat kuasaNya Ia menciptakan makhluk-makhlukNya dari tidak ada menjadi ada, dengan sifat kuasaNya Ia memusnahkan makhluk-makhlukNya dari ada menjadi musnah.
Kita misalkan dengan seseorang yang bernama "Rudi", misalnya Rudi merupakan salah seorang manusia yang hidup dari tahun 1970 sampai tahun 2018. Yang menciptakan Rudi dari yang semula tidak ada menjadi ada adalah Allah, Dialah yang menciptakan Rudi dengan sifat kuasaNya, dan Dia pula yang meniadakan Rudi dengan sifat kuasaNya.
Jadi sifat kuasa bagi Allah merupakan sifat yang azali (ada tanpa bermula) abadi (ada tanpa sirna) yang dengannya Allah menciptakan makhluk dari yang semula tidak ada menjadi ada, dan dengan sifat kuasa pula Allah memusnahkan makhluk, dari yang ada menjadi sirna.
Begitu pula contoh-contoh lainnya, seperti langit, bumi, pegunungan, rembulan, bintang, jin, manusia dan setiap perkara yang jaiz aqli, semua yang ada karena diciptakan oleh Allah dengan sifat kuasaNya. Dan setiap makhluk yang diciptakan oleh Allah, kemudian menjadi musnah, maka kemusnahannya juga karena kekuasaan Allah.
Dari sini kita bisa memahami, bahwa sifat kuasa Allah tidak bisa dikaitkan dengan perkara yang wajib aqli ataupun mustahil aqli. Jadi tidak boleh dikatakan: "Apakah Allah mampu menciptakan sekutu bagiNya" dan tidak boleh dikatakan: "apakah Allah mampu memusnahkan diriNya?". Karena sifat kuasa Allah tidaklah berkaitan dengan setiap perkara yang wajib aqli maupun mustahil aqli.
Jika ada pertanyaan seperti itu dari seorang atheis, atau non-muslim lainnya, yang bermaksud untuk menjatuhkan keislaman seseorang, maka perlu waspada dan teliti. Tidak boleh dijawab: "Allah tidak mampu, atau Allah mampu menciptakan sekutu", justru jawaban yang benar adalah: "sifat kuasa Allah tidak berkaitan dengan perkara yang mustahil adanya".

sumber : Argumen Ahlussunnah


EmoticonEmoticon